Ajarantentang ketabahan batin dalam menghadapi kesulitan hidup ini Ki Ageng sampaikan dalam sebuah wejangan yang berjudul Piageming Gesang, atau pegangan hidup, yang kemudian dimuat dalam buku Kawruh Jiwa: Wejanganipun Ki Ageng Suryomentaram 2 (1991, hal. 95-105) dengan judul yang sama. Tulisan ini banyak mengambil materi dari bab tersebut dengan memberinya bumbu contoh kasus sehari-hari.
Ki Ageng Suryomentaram 20 Mei 1892 – 18 Maret 1962 adalah putra ke-55 dari pasangan Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan Bendoro Raden Ayu Retnomandojo, putri Patih Danurejo VI.[1] Ki Ageng Suryomentaram memiliki nama bangsawan Bendoro Raden Mas BRM Kudiarmadji dan setelah umur 18 tahun diberi nama kebangsawanan Bendoro Pangeran Haryo BPH Suryomentaram.[1] Ki Ageng Suryomentaram menjadi guru dari suatu aliran kebatinan yang bernama Kawruh Begja atau Ilmu Begja yang memiliki arti ilmu bahagia.[2] Salah satu ajaran moral dari Ilmu Begja yang sangat populer pada masa itu adalah Aja Dumeh yang artinya jangan menyombongkan diri, jangan membusungkan dada, jangan mengecilkan orang lain karena diri sendiri lebih berpangkat tinggi, berkuasa atau kaya raya, sebab manusia itu pada hakikatnya adalah sama.[2]
Kitatelah melihat bagaimana suatu hari KAS berhasil menemukan diri sejatinya, sebuah penyingkapan diri yang kemudian membuatnya berujar: "Suryomentaram dudu aku" (Suryomentaram bukan saya). Untuk menjelaskan proses "menemukan diri yang baru" itu, dia mengingat sebuah kejadian yang telah mengubah hidupnya: suatu hari dalam perjalanan menuju Parangtritis dia terhadang oleh banjir di Kali Opak.
Answerkamatayan,pagmamahal sa bayan,kalayaan,pagmamalaki,ipinaglalaban,pagsugal sa sariling buhay,pagmamahal sa bayang pinagmulan
KiAgeng Suryomentaraman (O Jawa: Ki Ageng Suryamentaraman) adalah putra ke-55 dari Sri Sultan Hamengkubuwono VII yang lahir dari ratu permaisuri B.R.A. Retnomandoyo. Kakek pihak ibunya adalah Patih Danurejo VI. Ia lahir dengan nama B.R.M. Kudiarmadji dan berganti nama menjadi BPH. Suryomataram (O Jawa: B.P.H. Suryamataram) pada masa dewasa.
Psikologi humanistik berbicara tentang potensi manusia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kebanyakan yang diketahui atau dianut sebagai psikologi humanistic terdapat dari barat, seperti Abraham Maslow 1908-1970 memaparkan tentang teori hirarki kebutuhan, Carl Roger 1902-1987 memaparkan teori client-centered therapy dan Victor Frankl 1905- 1997 memaparkan teori logoterapi. Sedangkan dari lokal terdapat KAS Ki Ageng Suryamentaram 1892-1962 memaparkan teori kawruh jiwa. Tulisan ini bertujuan untuk mengkomparasikan teori psikologi barat Frankl dan lokal KAS. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan library research yang bersifat penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan hermeneutik interpretasi gramatik untuk menerjemahkan makna humanistik. Dari beberapa teori psikologi humanistic baik barat maupun lokal, mempunyai persamaan dan perbedaan. Meskipun barat lebih berkembang psikologi humanistic, Tak dapat dipungkiri bahwa lokal pun mempunyai konsep teori psikologi humanistic yang lebih dulu diaplikasikan. Kata Kunci psikologi, humanistik, Frankl kebermaknaan, KAS kawruh jiwa Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PSIKOLOGI HUMANISTIK Victor Frankl dan Ki Ageng Suryomentaram KAS Atik Ma’rifatun Afifah Prodi Psikologi Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga e-mail Abstrak Psikologi humanistik berbicara tentang potensi manusia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kebanyakan yang diketahui atau dianut sebagai psikologi humanistic terdapat dari barat, seperti Abraham Maslow 1908-1970 memaparkan tentang teori hirarki kebutuhan, Carl Roger 1902-1987 memaparkan teori client-centered therapy dan Victor Frankl 1905- 1997 memaparkan teori logoterapi. Sedangkan dari lokal terdapat KAS Ki Ageng Suryamentaram 1892-1962 memaparkan teori kawruh jiwa. Tulisan ini bertujuan untuk mengkomparasikan teori psikologi barat Frankl dan lokal KAS. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan library research yang bersifat penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan hermeneutik interpretasi gramatik untuk menerjemahkan makna humanistik. Dari beberapa teori psikologi humanistic baik barat maupun lokal, mempunyai persamaan dan perbedaan. Meskipun barat lebih berkembang psikologi humanistic, Tak dapat dipungkiri bahwa lokal pun mempunyai konsep teori psikologi humanistic yang lebih dulu diaplikasikan. Kata Kunci psikologi, humanistik, Frankl kebermaknaan, KAS kawruh jiwa Abstract Humanistic psychology talks about the potential of humans to solve the problems they face. Most of what is known or accepted as humanistic psychology comes from the West, such as Abraham Maslow 1908-1970, who describes the theory of the hierarchy of needs, Carl Roger 1902-1987 explained the theory of client-centered therapy and Victor Frankl 1905-1997 explained the theory of logotherapy. While the local KAS Ki Ageng Suryamentaram 1892-1962 explained the theory of the soul kawruh. This article will compare Western Frankl and local KAS psychological theories. This research belongs to the type of library research that is qualitative research. The researchers use the hermeneutic approach grammatical interpretation to translate humanistic meanings. From several theories of humanistic psychology, both western and local have similarities and differences. Although the West is more developed in humanistic psychology, it cannot be denied that the local also has the concept of humanistic psychology theory that was first used. Keywords psychology, humanism, Frankl meaningfulness, KAS kawruh soul PENDAHULUAN Secara umum, psikologi humanistik Rahman, 2018, p. 257 muncul bersama dengan dua faktor, diantaranya pertama, kejayaan yang diraih oleh psikologi behavior dan psikoanalis. Kedua, pada masa Renaissance sudah berkembang pemikiran atas psikologi humanistik. Dilihat dari akar kata, humanistic secara harfiah adalah humanista Latin dan mempunyai kemiripan kata dengan Humble sahaja, sederhana serta humus tanah atau bumi. Kemudian menjadi kata homo manusia dan humanus dapat diartikan dengan sifat manusia atau membumi Davies dalam Kholis ,2014. Teori humanistic lebih mengedepankan manusia bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri Corey dalam Zulfikar dkk, 2017. Sejalan dengan teori tersebut David dan Juli dalam Nur Kholis, 2014 memparkan bahwa humanisme termasuk dalam gerakan psikologi dan sosiologi untuk menggali berbagai macam potensi dan kemampuan yang dimiliki individu dengan landasan nilai kemanusiaan, empati dan kompleksitas dari kehidupan individu. Karakteristik humanistic dipaparkan oleh Glassman dan Hadad Rahman, 2018, pp. 268–269 antara lain pertama, psikologi humanistic lebih menekankan pada pengalaman subjektif individu. sehingga menghasilkan data secara objektif dengan metode intersubjective verification mengumpulkan dan menganalisis data. Kedua, individu atau manusia mempunyai hak pilih dan kebebasan pengalaman. Ketiga, pengalaman manusia diyakini mempunyai makna dan nilai dalam perubahan manusia. Karakteristik humanistik mempunyai kemiripan dengan karakter humanistic yang digagas oleh KAS. Beliau lebih menekankan rasa pada diri manusia untuk mengetahui rasa orang lain. Menurut pendekatan humanistik, manusia diibaratkan sebagai tumbuhan, yang mempunyai kecenderungan bawaan untuk tumbuh. Kecenderungan ini disebut dengan aktualisasi diri dan diasumsikan bahwa lingkungan orang mendukung pertumbuhannya, dan aktualisasi diri berjalan tanpa interferansi. Kaum humanis juga mengasumsikan bahwa manusia pun membutuhkan hal-hal tertentu untuk hidup, sepertihalnya tanaman membutuhkan sinar matahari, manusiapun membutuhkan perhatian positif. Menurut Roger perhatian positif ini adalah pengalaman menerima dari orang lain atau sekitarnya, yang menumbuhkan sikap untuk menghargai M. Pomerant, 2014, pp. 376–377. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Ratna tentang memahami watak Sama’an melalui keluarga gerilya, menggunakan pendekatan logterapi Frankl. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh Sama’an dibawah belenggu penjajah Belanda mempunyai tekat yang kuat dan penderitaan menjadikan ia lebih bersemangat. Kekuatan spiritual yang digali juga perjalanan Sama’an juga menunjukkan nilai kemanusiaan. Sehingga pembaca turut merasakan perjuangan, penderitaan dan alur kehidupan dengan makna yang membuatnya lebih hidup dengan semangat. Dengan kata lain alur kehidupan akan lebih bisa dinikmati dengan individu yang membeikan makna Razak, 2010. Kebermaknaan hidup juga dirasa oleh seorang narapidana Marliana & Maslihah, 2012 yang mendapatkan hukuman seumur hidup. Terlihat bahwa ia menemukan sumber kebermaknaan hidupnya dari nilai daya kreatif mengikuti keliatan atau aktifitas yang sudah ditentukan oleh petugas, dan menjalani dengan baik. Aktifitas seperti pramuka, bercocok tanam, juga memberikan teladan bagi yang lainnya, nilai penghayatan diperoleh dari keyakinan bahwa Tuhan, keluarga, teman dan yang lainnya masih mengasihi dirinya. Kemudian nilai sikap ditindakan dengan menerima hukuman seumur hidupnya, dan menjalani kehidupan dengan bijak. Paparan diatas menekankan bahwa makna hidup bisa dicapai atau diperoleh langsung dari diri individu sendiri, dengan menjalani, menerima serta menemukan makna ia hidup. Hal ini menunjukkan bahwa subyek pelaku menentukan arah hidupnya sendiri, dan dilihat dari sisi kemanusiaannya. Teori Frankl telah berkontribusi untuk individu agar ia menemukan makna hidupnya, dengan kata lain adanya motivasi bagi individu untuk tetap hidup, sebelum takdir kematian menjemputnya.. Dilihat dari sisi lokal, KAS sebagai tokoh psikologi humanistik telah menekankan rasa manusia yang ada pada dirinya sendiri untuk mengetahui dan memahami orang lain Afif et al., 2012, p. 130. Dengan kata lain, ketika individu sudah mampu memahami rasa diri sendiri, ia pun dapat memahami rasa orang lain. Sebagai contoh ketika individu dicubit oleh orang lain itu terasa sakit, maka ketika individu mencubit orang lain juga akan sama mempunyai rasa sakit. Menilik kembali teori humanistic lebih mengarah pada potensi dan kemampuan manusia dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Hal ini unik untuk diperbincangkan kembali antara teori barat dan lokal. Meskipun sama-sama membahas lebih berfokus pada kemanusiaan, kedua teori barat dan lokal pun mempunyai tokoh yang berlatar belakang berbeda. Sehingga memungkinkan penulis mengkaji lebih dalam teori humanistic tersebut. METODE Penelitian ini termasuk kualitatif Qualitative Research yaitu suatu penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompokNana Syaodih Sukmadinata, 2008, p. 65. Termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan library researchW. Creswell, 2016, p. 18. Pendekatan yang digunakan adalah hermenutik Upaya untuk menemukan makna dalam sebuah teks Hardiman, 2018, p. 12. Sebagai modus analisis data untuk pemahaman manusia menafsirkan sesuatu makan dari teks J. Moeleong, 2012, pp. 227–228. Metode yang digunakan adalah metode analisis isi content Analysis Afifuddin, 2012, p. 165. HASIL DAN PEMBAHASAN Tokoh-tokoh psikologi humanistik 1. Victor frankl 1905-1997 Biografi Frankl Frankl terlahir di Viena Australia, Rahman, 2018, pp. 277–279 pada tanggal 26 Maret 1905. Beliau tertarik di bidang psikologi sejak memasuki sekolah menengah atas. Tokoh yang mempengaruhi pola pikir Frankl adalah Sigmund Freud, dengan melakukan korespondensi intensif. Dilanjut komunikasi intensif dengan Alfred Adler. Kemudian ide tentang kebermaknaan telah dibuat artikel oleh Frankl pada usia 20 tahun. Menginjak tahun 1928 – 1942 beliau menyibukkan diri dengan mengikuti aktivitas sosial, menekuni profesinya sebagai neurologi dan psikiater. Beliau juga membuka konseling di beberapa kota Eropa. Konseling ini dipengaruhi karena banyaknya kasus remaja yang bunuh diri akibat tidak menyelesaikan sekolah. Frankl menikahi Tilly Glosser pada tahun 1941. Pernikahan ini pun bahagia, sampai pada suatu kondisi yang mengharuskan Frankl dan keluarganya berpisah dan semuanya menjadi tahanan tentara NAZI di Auschwitz. Pengalaman Frankl di tahanan NAZI, membuahkan hasil teori kebermaknaan. Sehingga Frankl banyak bercerita mengenai pengalaman yang dialaminya hingga ia menemukan makna hidup. Kebermaknaan Hidup Frankl Kebermaknaan hidup atau biasa disebut dengan makna hidup, dalam psikologi dikenal dengan konsep atau teori logoterapi yang dibawakan oleh Vicktor E. Frankl. Orang memperjuangkan logoterapi untuk menemukan makna hidup sebagai motivator bagi dirinya sendiri Diniari, 2017. Seseorang akan menemukan makna hidup konkrit didalam situasi yang konkrit atau disebut dengan situasi khusus Fridayanti, 2013. Situasi yang dimaksud adalah penderitaan dan kematian Mardhika, 2013. Konsep yang diusung oleh Frankl lebih dominan menekankan pada hati nurani manusia, sebagai bukti integritas manusia. Bagaimana manusia atau individu memainkan atau memerankan sisi intuitifnya dalam kehidupan yang bersifat kepribadian. Dengan kata lain logoterapi Frankl menunjukkan bahwa makna hidup seseorang terdapat dalam diri individu sendiri, yaitu dengan mencari dan menemukan makna yang terkandung didalamnya. Sehingga hidup dapat dikatan lebih berarti atau bermakna. Meskipun dalam situasi menderita sekalipun, akan tetap menemukna makna hidup yang sebenar-benarnya. Jadi makna hidup tidak selalu ditemukan ketika individu senang atau bahagia. Untuk menuju makna hidup yang sebenarnya bisa melalui fase penderitaan dan bahagia. Teori Frank menjelaskan makna dibagi menjadi 3 tiga yaitu makna hidup, makna cinta dan makna penderitaan. Dari berbagai makna tersebut terbentuklah kebermaknaan. Frankl, 2019 Pertama, Tujuan dan makna hidup menurut Frankl terdapat kandungan nilai didalamnya seperti nilai kreatif, nilai penghayatan dan nilai bersikap Lubis & Maslihah, 2012. a. Nilai kreatif/ daya cipta Nilai kreatif individu ini terletak pada aktifitas yang dilakukan. Aktifitas yang menunjukkan produktifitas dari individu, yaitu mampu bertindak dan bersikap se- kreaatif mungkin dalam berkarya, bekerja, bertanggung jawab untuk menemukan makna yang terkandung didalamnya. Sehingga makna tersebut berharga dan berarti. b. Nilai penghayatan Nilai penghayatan ada pada situasi khusus individu. Individu yang belajar dari pengalaman, meyakini dan mempercayai kebenaran, kebajikan, kebaikan, bahkan keagaaman dari cinta kasihnya. Bagaimana individu atau seseorang dapat mencari dan menemukan makna hidupnya dari sebuah penghayatan baik kebahagiaan atau penderitaan. c. Nilai bersikap Nilai bersikap dapat ditemukan pada seseorang ketika ia mengalami sebuah situasi yang sekiranya tidak dapat diubah, maka ia akan mengambil sikap dari apa yang ada. Sehingga sikap ini akan terlahir dari seseorang untuk mendapatkan makna hidupnya sendiri Diniari, 2017. Kedua, makna cinta diraih oleh manusia untuk memahami manusia lain, didasari dengan cinta sehingga mengenali pribadi dengan dalam. cinta melahirkan pemahaman bagi manusia melalui karakter, keurangan, kelebihan potensi dari manusia yang ia cintai. Dalam hal ini, cinta juga diungkapkan dengan seks, mengungkapkan kebersamaan secara penting dari sebuah cinta. Ketiga, makna penderitaan bisa manusia dapatkan melalui penderitaan. Sebagaimana penderitaan yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Frankl, 2019. Teori logoterapi Frankl mempunyai 2 dua macam teknik, antara lain pertama, intensi paradoksal yaitu teknik yang digunakan melalui potensi fakta manusia, bahwa ketika manusia berada pada situasi takut, ketakutan yang ditakuti bisa saja terjadi. Kedua, dereflection yaitu kemampuan manusia dalam melakukan harapan yang berlebihan berujung pada kekecewaanRahman, 2018, p. 280. 2. Ki ageng suryamentaram KAS 1892-1962 Biografi KAS Ki Ageng Suryamentaram KAS mempunyai nama kecil BRM Bendara Raden Mas Kudiarmaji. Beliau dilahirkan di kota Yogyakarta, pada tanggal 20 Mei 1892 dan masih keturunan raja. Karena ayah beliau adalah Sri Sultan Hamengku Buwono VII. KAS putra ke-55 dari 78 bersaudara. Sedangkan ibunya bernama BRA Bendara Raden Ayu Retnomandoyo putri dari patih Danureja VI. Dulunya beliau KAS sekolah di Srimangangi, masih area Yogyakarta, kemudian melanjutkan sekolah ke Klein Ambtenar. Beliau juga menyempatkan belajar Bahasa Belanda, Inggris dan Arab Munif, 2017. Semasa kecilnya ia habikan di lingkungan Kraton. Namun, pada usia ke 18 tahun beliau diangkat sebagai pangeran dengan gelar Bendoro Pangeran Haryo Suryamentaram. Kehidupan menjadi seorang pangeran membuatnya tidak merasa bahagia, kecewalah yang ia rasakan. Karena tidak suka dengan kekuasaan kraton. Hal ini membuatnya sering keluar dari lingkungan kraton, dengan pergi ke tempat-tempat yang mendatangkan ketenangan baginya Nikmaturrahmah, 2016. Beliau merasa belum puas, karena apa yang ditemui atau dilihat selama ini bukanlah sosok orang yang sesuai dengan pandangannya dengan ungkapan “belum bertemu dengan orang “seprana seprenen aku kok durung tau pethuk wong. Kemudian beliau pergi mengenakan pakaian layaknya pedagang dengan nama Notodongso, sebagai penjual batik di Cilacap. Namun berita kepergian beliau ke Cilacap telah diketahui oleh Sri Sultan Hamnegku Buwono VII. Sehingga ayahanda mengutus prajurit untuk mencari KAS, hingga akhirnya beliau ditemukan dan dijak pulang kembali ke Kraton Yogyakarta Bonnef, 2012. Pengalaman KAS berlanjut dengan peristiwa kakeknya patih Danurejo yang berhenti dari tugasnya, ibunya yang diceraikan oleh Sang raja berkelanjutan dengan istrinya yang meninggal dunia. Sehingga tepat pada pergantian tahta dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII ke Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, KAS meminta izin bahwa gelar pangerannya segera dicabut oleh sang raja. Dan Sang Raja pun memenuhi permintaannya. Kemudian beliau mendirikan “sarasehan selasa kliwon” kemudian mendirikan sekolah Taman Siswa bersama dengan Ki Hajar Dewantara Muniroh, 2018, pp. 720–750. Singkat cerita, selama kurun waktu kurang lebih 40 tahun beliau mencari atau meneliti ilmu jiwa. Kemudia beliau wafat pada hari Ahad pon, 18 Maret 1962. belai dimakamkan di desa Kanggota, Pleret, Bantul, Yogyakarta Nikmaturrohmah, 2016. Kawruh Jiwa KAS Pandangan KAS tentang manusia lebih dicondongkan oleh rasa Prastetyo, 2012. Sering disebut dengan ukuran keempat, mempunyai arti empat tahapan, yaitu pertama, pada ukuran pertama biasa disebut dengan bayi yang baru lahir. Bayi sudah bisa merasakan apa yang dia rasa seperti dingin, namun anggota badan belum berfungsi sebagaimana mestinya. Kedua, ukuran kedua sering disebut dengan anak-anak, yaitu keinginan dan anggota tubuh sudah bisa bereaksi, namun belum paham akan hukum alam. Contohnya anak yang tertarik melihat api dan ingin memegangnya. Anak tersebut sudah berkeinginan dan memegang api, antara keinginan dan tindakan sudah bereaksi, namun belum paham bahwa api yang dipegang akan membahayakan dirinya. Ketiga, kehidupan orang beranjak dewasa, menegetahui maksud hati dicontohkan dengan anak yang tertarik dengan api, namun menyentuh dengan alat bantu, sehingga tidak berbahaya. Keempat, ukuran keempat disebut dengan kehidupan yang mempunyai perasaan terhadap benda-benda hidup. Dengan kata lain, lebih terhadap rasa. Bagaimana orang hidup mengahami keinginan dan perasaan orang lain. Paparan ukuran keempat juga dibahas oleh Afif, tentang pandangan hidup mempunyai empat dimensi yaitu tumbuhan, hewan, manusia, dan manusia yang bersinggungan dengan orang lain. Sehingga mengedepankan perasaan karena berhubungan dengan benda-benda hidup. Melihat kembali teori humanistik Frankl dan KAS, keduanya memunyai persamaan yaitu menggali lebih dalam kemampuan dan potensi manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Makna Hidup Teori kebermaknaan Frankl yang melibatkan 3 tiga pokok makna, yaitu makna hidup, cinta dan penderitaan. Sepertihalnya teori Frankl bahwa makna hidup mempunyai 3 tiga kriteria nilai yaitu nilai daya cipta atau kreasi, penghayatan dan sikap. Nilai daya cipta atau kreasi ini pada pandangan KAS sepertihalnya hasrat birahi. Adanya hasrat birahi memunculkan pasangan untuk melestarikan kehidupannya dengan adanya anak. Dengan kata lain penciptaan anak yang dimulai dari hasrat birahi menghasilkan generasi penerus bagi pasangan. Ada yang melanjutkan hidupnya. Nilai penghayatan, dilihat dari sisi individu, penghayatan dapat dilakukan dengan pengalaman yang berlangsung oleh individu sendiri. cara untuk menghayati diri pada pandangan KAS disebut dengan mulur-mlungkret. Bagaimana individu mengharapkan sesuatu yang lebih. Sebagai contoh semisal individu mengharapkan niali kuliahnya A, namun ketika ia sudah mendapatkan nilai A, merasa ada yang kurang, dengan menaikkan harapan nilai A+ dan lulus dengan pujian. Hal ini dinamakan mulur, karena sesuatu yang sudah tercapai masih saja menginginkan hal lain diatasnya lagi dan lagi. Sedangkan mlungkret keinginan yang semakin diturunkan tingkatannya. Sebagai contoh individu yang tadinya menginginkan nilai A, kemudian belum tercapai dan berharap nilai A-, jika nilai A- belum tercapai maka keinginannya pun menurun jadi nilai B+. Hal ini menunjukkan bahwa antara teori Frankl tentang makna hidup melalui penghayatan dapat ditemukan juga dengan teori mulur-mlungkret oleh KAS. Ada pula penjelasan KAS tenteng penghayatan individu, yaitu dengan mawas diri biasa disebut dengan “pengawikan pribadi” Nilai sikap, dilihat dari individu bersikap akan dirinya sendiri. hal apa yang dilakukan seorang individu dalam menjalani situasi dan kondisi. Hal ini dalam pandnagan KAS disebut dengan 6 enam prinsip “sa”. Jadi tindakan individu atau sikap yang diambil untuk menyikapi situasi dan kondisi yang sedang dialami menggunakan ungkapan sabutuhe, saperlune, sacukupe, sabenere, samesthine, sakepenake seperlunya, secukupnya, sebenarnya, semestinya, dan sepantasnya. Hal ini jika ditindakan oleh individu akan membantu individu dalam menerima situasi dan kondisi yang dialami. Sebagai contoh ketika individu merasa lapar, ia akan bergegas makan, meski hanya dengan nasi dan lauk tempe. Makan yang mengenyangkan tidak harus menuruti nafsu, seperti ada soto, sate, rawon dll,. Hal ini menunjukkan bahwa lebih mengutamakan kebutuhan dari pada keinginan dengan apa adanya yang didepan mata, dan terjadi sekarang. . Makna cinta Makna cinta menurut FranklVictor E. Frankl, 2019, pp. 161–162 yaitu dengan cinta dapat membantu individu untuk memahami individu lainnya. Dengan berbagai karakter, kelebihan, kekurangan dan potensi yang dimilikinya. Makna cinta pun bisa dikatakan cinta tanpa syarat seperti pemikiran KAS Suryomentaram, 1985b, p. 145, dengan cinta adanya hasrat birahi dan cinta kedua pasangan maka dapat melestarikan keturunan atau generasi penerus. Selain itu KAS juga membagi cinta menjadi tiga yaitu harta benda, kedudukan dan kekuasaan semat, drajat, kramat. Wujud cinta sering disebut dengan “sepi ing pamrih” hal ini menunjukkan bahwa cinta tanpa syarat. Ketika individu menemukan makna cinta, ia tidak akan terpaut dengan semat , drajat, dan kramat. Makna Penderitaan Penderitaan individu akan lebih bermakna jika disikapi dengan bijaksana. Menurut paparan Frankl dan pengalaman yang dialami pada saat di tahanan Nazi Auschwitz, bahwa penderitaan tidak semua akan sengsara. Bahkan dengan menderitapun individu mampu menemukan makna hidup dibalik penderitaan yang sedang melandanya. Tidak hanya terikat akan takdir kematianya, namun lebih ke bagaimana usaha individu menemukan makna hidup dibalik penderitaanya. Sikap menerima tanpa mengesampingkan usaha, justru membuat Frankl mampu bertahan hidup, sehingga ia sampai pada saat dibebaskan dari Tahanan. Namun, keluarganya yang lain telah meninggal dunia sebelum hari pembebasan diumumkan Victor E. Frankl, 2019, pp. 162–167. Senada dengan penderitaan , pengalaman KAS Afif et al., 2012, p. 4boleh dikategorikan dengan pengalaman yang cukup pahit. Bagaimana seorang pangeran yang hidupnya serba berkecukupan dan mewah, membuatnya belum menemukan manusia dan belum bahagia. Ia merasa yang ditemuinya bukanlah sesama manusia. Karena ia merasa masih ada yang tertindas di bawahnya, yaitu abdi ndalem yang gajinya hanya sedikit, namun merasa bahagia sudah mendapatkan lahan untuk bercocok tanam. Penderitaan kerap kali berhubungan dengan susah, hal ini seperti yang dikemukakan oleh KAS bahwa dengan teori bungah-susah Suryomentaram, 1985a, p. 1 adalah sepertihalnya siang –malam yang saling bergantian. Dengan kata lain, susah – bahagia adalah paketan hidup bagi manusia. Tidak selamanya sedih maupaun bahagia. Sedih – bahagia silih berganti. Pembeda FRANKL 1905- 1997 KAS 1892-1962 Kelahiran Vienna Australia, 26 Maret 1905 Yogyakarta, Indonesia 20 Mei 1892 Keluarga Berpendidikan Kraton Pendidikan Universitas Vienna - Sekolah Kraton Srimenganti - Klien Ambtennar Karya - On The Psychology of Philoshophical Thought - Psychoteraphy and Weltanschoun- Kitab Kawruh Jiwa g - Man’s Search for Meaning Teori Teori Kebermaknaan Teori Kebahagiaan PENUTUP Paparan teori kebermaknaan Frankl jika diaplikasikan pada teori kebahagiaan KAS masih mempunyai keterkaitan. Bahwa kebermaknaan dapat dijapai apabila seseorang merasakan kebahagiaan. Dengan melihat kebermaknaan dan kebahagiaan mempunyai 3 tiga kriteria yaitu makna hidup, cinta dan penderitaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti memberikan saran untuk lebih mengaplikasikan lebih banyak teori lokal KAS untuk meneliti relevansi, implikasi teori yang dicetuskan oleh KAS pada penelitian yang ada di lokal/ daerah sendiri. DAFTAR PUSTAKA Afif, A., Atmosutidjo, K. P., Woodward, M., Bonneff, M., Saputro, M. E., Mawardi, B., Kushendrawati, S. M., Yoshimichi, S., Prihartanti, N., & Ashimsa-Putra, H. S. 2012. Matahari Dari Mataram Menyelami Spiritual Jawa Rasional Ki Ageng Suryomentaram . Kepik. Afifuddin. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif 2nd ed.. Pustaka Setia. Hardiman, F. B. 2018. Seni Memahami Hermeneutik Scheleimacher sampai Derrida 4th ed.. Kanisius. J. Moeleong, L. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif 30th ed.. Rosdakarya. M. Pomerant, A. 2014. Psikologi Klinis. Pustaka Pelajar. Marliana, S., & Maslihah, S. 2012. Analisis Sumber-Sumber Kebermaknaan Hidup Narapidana Yang Menjalani Hukuman Seumur Hidup. Jurnal Psikologi, 111, 12. Muniroh, A. 2018. Kawruh Pamomong Ki Ageng Suryomentaram Prinsip-Prinsip Moral untuk Mengoptimalkan Pendidikan Empati pada Anak. Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars, Series 2, 742–750. Nana Syaodih Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Rosdakarya. Nikmaturrohmah. 2016. Konsep manusia Ki Ageng Suryomentaram relevansi dengan pembentukan karakter sufistik. UIN Walisongo. Rahman, A. A. 2018. Sejarah Psikologi Dari Klasik Hingga Modern 2nd ed.. Rajawali Pers. Razak, R. R. A. 2010. Memahami Watak Sa’aman dalam Keluarga Gerilya Satu Pendekatan Logoterapi Frankl. Akademia, 8. Suryomentaram, K. A. 1985a. Ajaran -Ajaran Ki Ageng Suryomentaram Jilid 1 G. Suryomentaram, K. O. Suastika, & K. M. Atmosentono, Trans.. PT Inti Idayu Press. Suryomentaram, K. A. 1985b. Ajaran -Ajaran Ki Ageng Suryomentaram Jilid 2 G. Suryomentaram, K. O. Suastika, & K. M. Atmosentono, Trans.. PT Inti Idayu Press. Victor E. Frankl. 2019. Man’s Search For Meaning 5th ed.. Noura Books. W. Creswell, J. 2016. Research Desingn Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran A. Fawaid & R. K. Pancasari, Trans.. Pustaka Pelajar. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this MarlianaS MaslihahMarliana, S., & Maslihah, S. 2012. Analisis Sumber-Sumber Kebermaknaan Hidup Narapidana Yang Menjalani Hukuman Seumur Hidup. Jurnal Psikologi, 111, 12. Pamomong Ki Ageng Suryomentaram Prinsip-Prinsip Moral untuk Mengoptimalkan Pendidikan Empati pada AnakA MunirohMuniroh, A. 2018. Kawruh Pamomong Ki Ageng Suryomentaram Prinsip-Prinsip Moral untuk Mengoptimalkan Pendidikan Empati pada Anak. Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars, Series 2, -Ajaran Ki Ageng SuryomentaramK A SuryomentaramSuryomentaram, K. A. 1985a. Ajaran -Ajaran Ki Ageng Suryomentaram Jilid 1 G. Suryomentaram, K. O. Suastika, & K. M. Atmosentono, Trans.. PT Inti Idayu VictorFranklVictor E. Frankl. 2019. Man's Search For Meaning 5th ed.. Noura Desingn Pendekatan Metode KualitatifW CreswellW. Creswell, J. 2016. Research Desingn Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran A. Fawaid & R. K. Pancasari, Trans.. Pustaka Pelajar.
olehKi Ageng sebagai "rasa bahagia" atau Bejo. Rasa bahagia itu sebagai se- Rasa bahagia itu sebagai se- suatu kondisi yang bebas tidak tergantung pada tempat, waktu, dan keadaan. 9
Ki Ageng Suryomentaram – Di kalangan masyarakat Jawa, Ki Ageng Suryomentaram adalah seorang filsuf dan tokoh spiritual yang sangat terkenal. Ia adalah seorang pemikir kritis yang berangkat dari kearifan Jawa. Ki Ageng dijuluki Sang Plato dari Jawa karena gagasannya jelas dan logis. Hal tersebut membuat dirinya berbeda dari pemikir Jawa lainnya yang lebih condong ke arah mistisisme. Posisinya sangat penting bagi pencerahan masyarakat Jawa dalam membentuk pribadi yang cerdas dan cendekia tanpa harus kehilangan jati diri ketimurannya. Riwayat Ki Ageng Suryomentaram Ki Ageng Suryomentaram lahir pada hari Jumat Kliwon, 20 Mei 1892, dengan nama kecil Bendara Raden Mas Kudiarmaji. Ia adalah anak ke-55 dari 79 putra-putri Sri Sultan Hamengku Buwana VII, raja dari Kasultanan Yogyakarta. Ibunya adalah seorang garwa ampean bernama Bendara Raden Ayu Retnomandaya, putri Patih Danureja VI atau Pangeran Cakraningrat. Sedari kecil sudah tampak kecerdasan BRM Kudiarmaji. Seperti putra-putri Sultan lainnya, ia menempuh pendidikan setingkat pendidikan dasar di Sekolah Srimanganti di dalam lingkungan keraton. Atas saran ibunya, ia kemudian mengambil kursus bahasa Belanda, Arab, dan Inggris. Ia juga mengikuti persiapan dan ujian sebagai Klein Ambtenaar, dan kemudian magang bekerja di gurbernuran selama 2 tahun. BRM Kudiarmaji gemar belajar dan membaca buku-buku sejarah, filsafat, ilmu jiwa, dan agama. Ia mendapat bimbingan dari Achmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, dalam bidang agama Islam. Di usia 18 tahun, BRM Kudiarmaji diangkat menjadi pangeran dengan gelar Bendara Pangeran Harya Suryomentaram. Kedudukannya sebagai pangeran membuat ia mendapat banyak fasilitas, seperti tempat tinggal, gaji bulanan, kendaraan, pengawalan, dan tanah. Namun, segala kesenangan dan fasilitas yang ia terima belum membahagiakan dirinya. Pangeran Suryomentaram merasakan kegelisahan dalam hidupnya. Ia merasakan lingkungan keraton dan kedudukannya sebagai pangeran membuat relasinya dengan manusia lain bersifat semu. Orang-orang baik kepadanya karena kedudukannya sebagai seorang pangeran, bukan karena pribadinya. Akhirnya, ia sendiri merasa tidak mengenal jati dirinya sendiri. Pangeran Suryomentaram merasa lingkungan keraton dengan segala aturan dan tradisinya telah mengungkungnya. Ia berpikir bahwa kungkungan inilah yang menjadi penyebab atas kegelisahannya. Maka, jika ia ingin mengenal atau bertemu dengan dirinya sendiri, ia harus membebaskan diri dari kungkungan tersebut. Pangeran yang satu ini pribadinya memang berbeda dari para bangsawan lainnya. Di kala bangsawan lain menikmati kedudukan dengan segala harta dan kuasanya, Pangeran Suryomentaram justru merasa tidak nyaman. Makin lama Pangeran Suryomentaram semakin tidak betah tinggal di istana. Terlebih lagi setelah ia mengalami beberapa kejadian yang tidak mengenakan hatinya. Diam-diam, ia meninggalkan keraton dan pergi ke luar daerah. Ia kemudian menjadi pedagang batik dan stagen ikat pinggang, lalu mengganti namanya menjadi Natadangsa. Saat Pangeran Suryomentaram mulai menikmati hidupnya sebagai orang biasa, ia dipanggil kembali ke istana. Ayahnya mengirim utusan untuk menjemputnya. Mereka mendapati Sang Pangeran sedang menggali sumur di daerah Kroya dan mengajaknya pulang. Dengan berat hati, perintah ayahnya tersebut ia turuti. Namun, kehidupan keraton membuat kegelisahannya kembali muncul. Berbagai upaya ia lakukan untuk mengatasi kegelisahannya. Ia membagikan harta kekayaannya karena ia merasa segala miliknya yang ia dapat bukan karena usahanya, tapi karena ia dilahirkan sebagai putra sultan, menjadi perintang bagi kebahagiaannya. Ia bertirakat ke tempat-tempat yang dikeramatkan, dan berguru ke mana-mana. Namun, semua usaha yang ia lakukan tidak menghilangkan kegelisahannya. Penampilan keseharian Ki Ageng Suryomentaram celana pendek dan menyelempangkan kain bermotif parang rusak barong. Pada masa itu, motif ini hanya dikenakan oleh para raja. Ki Ageng mengenakannya sebagai simbol perlawanan. Pada 1921, saat usia Pangeran Suryomentaram menginjak 29 tahun, ayahandanya meninggal. Setelah kakaknya dinobatkan sebagai raja dengan gelar Sultan Hamengkubuwana VIII, Pangeran Suryomentaram mengajukan permohonan berhenti dari kedudukannya sebagai pangeran. Permohonan ini dikabulkan. Ia kemudian hidup sebagai seorang petani di Desa Bringin, sebuah desa kecil di sebelah utara Salatiga, di lereng Gunung Merbabu. Sejak itu, ia dikenal sebagai Ki Gede Suryomentaram atau Ki Gede Bringin. Waktu Perang Dunia I selesai, Ki Gede Suryomentaram bersama teman-temannya mengadakan sarasehan setiap malam Selasa Kliwon. Sarasehan tersebut dihadiri oleh 9 orang termasuk Ki Gede sendiri. Di antara yang hadir adalah Ki Hajar Dewantara. Sarasehan ini banyak membicarakan masalah yang terjadi di Hindia Belanda saat itu. Keputusan dari sarasehan ini di antaranya adalah perlunya pendidikan bagi rakyat. Maka diputuskan untuk mendirikan sekolah-sekolah rakyat. Sekolah-sekolah tersebut selanjutnya disebut sebagai Taman Siswa dan dipimpin oleh Ki Hadjar Dewantara. Karena Taman Siswa belum memiliki gedung maka Ki Ageng meminjamkan rumahnya di Yogyakarta untuk digunakan sebagai ruang kelas dan asrama. Di lain pihak, Ki Gede Suryomentaram mendapat tanggung jawab untuk mendidik orang tua. Dalam salah satu pertemuan, atas usulan Ki Hadjar Dewantara, Ki Gede Suryomentaram mendapat nama baru, yaitu Ki Ageng Suryomentaram. Di Balik Pembentukan PETA Ki Ageng Suryomentaram dikenal aktif menentang penjajahan Belanda dan Jepang. Ia juga menentang Indonesia dijadikan ajang peperangan antara Belanda dan Jepang. Pada masa pendudukan Jepang, Ki Ageng berusaha keras untuk membentuk tentara. Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa Ki Ageng Suryomentaram berperan penting dalam pembentukan Tentara Pembela Tanah Air PETA. Kisahnya dimulai saat Ki Ageng Suryomentaram dan teman-temannya berembug tentang bagaimana caranya agar bangsa Indonesia tidak dijajah lagi. Hasil diskusi menyimpulkan bahwa agar tidak dijajah lagi maka bangsa ini harus memiliki tentara yang terlatih. Masa pendudukan Jepang dinilai waktu yang baik untuk membentuk tentara karena saat itu, pihak Jepang sendiri sedang mengkonsolodasi kekuatannya. Lagipula, bangsa Jepang adalah bangsa Asia yang kemampuan perangnya sama dengan bangsa Eropa sehingga mereka bisa diminta untuk melatih tentara sukarela yang akan dibentuk. Gagasan ini awalnya awalnya ditolak oleh Gurbernur Yogyakarta yang pada waktu itu dijabat oleh Kolonel Yamauchi. Namun, seorang anggota dinas rahasia Jepang yang bernama Asano menyanggupi akan mengajukan permohonan tersebut langsung ke Tokyo. Permohonan yang ditandatangai oleh 9 orang tersebut dikabulkan oleh pemerintah Jepang di Tokyo. Maka terbentuklah Tentara Sukarela yang namanya kemudian diubah menjadi Tentara Pembela Tanah Air PETA. Nantinya, tentara ini menjadi modal yang sangat penting yang dimiliki Indonesia dalam mempertahankan kedaulatannya pasca-proklamasi kemerdekaan. Ki Ageng Suryomentaram juga menyusun tulisan mengenai dasar-dasar ketentaraan sebagai bekal atau pedoman bagi tentara-tentara Pembela tanah Air agar “berani mati” atau berani berperang membela tanah airnya. Tulisan tersebut ia sebut sebagai Jimat Perang. Tulisan ini ia ceramahkan ke mana-mana, dan kemudian dipopulerkan oleh Bung Karno dalam pidato-pidatonya di radio. Kawruh Beja atau Kawruh Jiwa Setelah Indonesia mendapatkan kedaulatan penuh, Ki Ageng Suryomentaram aktif memberikan ceramah. Ki Ageng sebenarnya sudah mulai memberikan ceramah sejak lama. Namun, kegiatan tersebut sempat terhenti karena berkecamuknya perang Pasifik yang meluas sampai ke Nusantara. Kawruh Beja pengetahuan tentang kebahagiaan yang kemudian lebih dikenal sebagai Kawruh Jiwa adalah inti pemikirannya. Ki Ageng Suryomentaram tidak memaksudkan kebahagiaan sebagai keberlimpahan materi atau tingginya kedudukan seperti yang menjadi pandangan umum manusia Indonesia saat ini. Ki Ageng Suryomentaram memaksudkan kebahagiaan sebagai penemuan dan pemahaman yang mendalam akan diri sendiri. Kebahagian ini adalah kebahagiaan yang bebas, kebahagiaan yang tidak terikat tempat, waktu, dan keadaan. Kegiatan memberikan ceramah tersebut berlangsung sampai suatu kali ketika sedang mengadakan ceramah di desa Sajen, Ki Ageng Suryomentaram jatuh sakit. Ia lalu dirawat di rumah sakit untuk beberapa waktu dan kemudian dibawa pulang karena penyakitnya tidak kunjung membaik. Ki Ageng Suryomentaram meninggal pada Minggu Pon tanggal 18 Maret 1962. Banyak hasil pemikiran Ki Ageng Suryomentaram yang telah dibukukan, baik dalam bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia. Sebuah komunitas dengan nama Pelajar Kawruh Jiwa secara rutin mengadakan pertemuan untuk menghayati dan mempelajari wejangan-wejangan beliau. Warisan pemikiran yang ditinggalkannya sangat berharga khususnya bagi jiwa-jiwa yang mengupayakan kebebasan dan kebahagiaan.
KiAgeng Suryomentaram, memberikan wejangan agar seseorang hidup tentram, yakni merasakan rasa hidup yang sesungguhnya. Oleh Ki Ageng Suryomentaram memberi nama prinsip enam sa: sakepenake ( seenaknya/senyamannya), sabutuhe (sebutuhnya/sesuai kebutuhan), saperlune (seperlunya), sacukupe (sacukupnya), samesthine (semestinya), sabenere (sebenarnya). Dengan menjalani kehidupan yang enam sa tadi, diharapkan manusia tidak berlebihan, dan senantiasa menyikapi bagian dari hidup ini dengan
Tagalog[edit] Alternative forms[edit] caibigan – obsolete, Spanish-based orthography Etymology[edit] From ka- + ibig + -an. Pronunciation 1[edit] Hyphenation ka‧i‧bi‧gan IPAkey /kaʔiˈbiɡan/, [ IPAkey /kajˈbiɡan/, [ relaxed Noun[edit] kaibigan Baybayin spelling ᜃᜁᜊᜒᜄᜈ᜔ friend; pal Synonyms kabarkada, katropa, kumpare, amigo, amiga, katoto, pare, tropa, tsong, utol, kalaguma, lamuga, sangkay, obsolete kamalala Derived terms[edit] kaibiganinkumaibiganmagkaibiganmagkakaibiganmakipagkaibiganmapagkaibiganpagkakaibiganpagkakaibigananpakikipagkaibiganpalakaibigan Pronunciation 2[edit] Hyphenation ka‧i‧bi‧gan IPAkey /kaˈʔibiɡan/, [ Noun[edit] kaíbigán Baybayin spelling ᜃᜁᜊᜒᜄᜈ᜔ fiance; fiancee; betrothed; lover; sweetheart Synonyms kasintahan, kasuyo, katipan, kairog, kabiyak, minamahal, katikya Pronunciation 3[edit] Hyphenation ka‧i‧bi‧gan IPAkey /kaʔibiˈɡan/, [ Noun[edit] kaibigán Baybayin spelling ᜃᜁᜊᜒᜄᜈ᜔ strong desire, inclination, craving Synonyms kagustuhan, kasabikan, hilig, pagkaibig Pronunciation 4[edit] Hyphenation ka‧i‧bi‧gan IPAkey /ˌkaʔiˈbiɡan/, [ Noun[edit] káibígan Baybayin spelling ᜃᜁᜊᜒᜄᜈ᜔ mutual love; love for each other Synonyms pag-iibigan, pagmamahalan Pronunciation 5[edit] Hyphenation ka‧i‧bi‧gan IPAkey /ˈkaʔibiɡan/, [ Noun[edit] káibigán Baybayin spelling ᜃᜁᜊᜒᜄᜈ᜔ mutual agreement or consent, concordance Synonym kasunduan Further reading[edit] “kaibigan”, in Pambansang Diksiyonaryo Manila Komisyon sa Wikang Filipino, 2018
. 401 53 348 362 79 235 127 339
kata bijak ki ageng suryomentaram